Hilang dan Kembali, Cerita derita anak & perempuan
Hilang dan Kembali
"Nila yang harus memuaskan nafsu birahi sang ayah dan Putri yang sangat tidak pantas mendapatkan penganiayaan emosional pada umurnya. Anak itu tidak pernah kapok menanyakan ibunya sehingga membuat jengkel orang tuanya, bahkan belum menyadari bahwa bapaknya membohongi dia tentang keberadaan sosok ibunya. Nila tidak pernah mencoba untuk melindungi adiknya yang sering mendapatkan perlakuan kasar. Selama bertahun-tahun yang harusnya Putri mengenal seorang ibu, namun ibunya tidak pernah kunjung datang. Pada akhirnya fakta yang mengejutkan harus diterima seorang bocah ingusan setelah dia menemui ibu yang ternyata bukan sosok selama ini yang dia bayangkan. Menemukan penyebab kenapa dia diabaikan oleh kasih sayang. Pada akhirnya fakta yang mengejutkan harus diterima seorang bocah SD setelah dia menemui ibu yang ternyata bukan sosok selama ini yang dia bayangkan. Menemukan penyebab kenapa dia diabaikan oleh kasih sayang"
Seorang bapak tua yang mempunyai fisik muda berdiri kaku di sebuah jembatan tengah kota. Tatapannya kosong seakan ingin menuntaskan hidupnya secepat mungkin, mengosongkan memori buruk yang tersisa kenangan dengan istrinya yang berakhir dengan perceraian. Dia terus menghisap rokoknya dengan kaki kirinya menginjak pembatas jembatan. Tiba-tiba seorang perempuan kecil berumur 6 tahun memanggilnya. Anak kecil tersebut menatap sambil tertawa kecil dan menarik lengannya. Di sebuah rumah sederhana bapak itu tinggal dengan 2 orang anak perempuannya, Putri dan kakaknya Nila yang sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan kuliahnya. Rumah yang sederhana namun tidak pernah menjadi tempat yang nyaman bagi mereka.
Pada suatu pagi hari keluarga ini seperti biasanya berkumpul sarapan sebelum memulai aktivitasnya masing-masing.“Ayah, bisa ajarin aku bikin origami kupu-kupu gak?”ujar Putri sambil meminum susu buatan kakaknya.“Gak bisa”dengan datarnya Ramli menjawab permintaan putri kecilnya.“Yah kan kupu-kupu bentuknya lucu. nanti aku mau belajar ah, mau liatin ke Ayah sama kakak kupu-kupu origami bikinan aku. Buat Ibu juga nanti kalau udah pulang”ucap Putri dengan lantang.“Udah cepetan makannya, nanti kamu telat”bentak Ramli.
Pelajaran hari ini di sekolah Putri belajar membuat kerajinan tangan. Teman-temannya memamerkan kerajinan tangannya ke guru dan orang tuanya yang sedang bercengkrama diluar. Putri menengok ke arah jendela, lalu jalan keluar untuk mencari ayahnya. Seperti biasanya Ramli tidak pernah menunggu dia selama berada di sekolah. Dia hanya kembali saat pelajaran Putri berakhir. Terlintas di pikirannya tentang ibu, seorang ibu yang diharapkannya dapat menemani dia selama di sekolah dan pamer hasil kerajinan tangannya.
Sesampainya di rumah Putri melanjutkan kerajinan tangannya di kamarnya, ia membuat origami dan menggunting kertas tersebut membentuk orang, rumah, dan rerumputan. Potongan kertas di tempel ke kertas buku, membentuk sebuah halaman rumah dan ada 4 orang bergandengan tangan disana.Putri membawa karyanya tersebut dan memperlihatkan kepada Ramli.“Liat nih yah yang aku bikin tadi malem. Lucu gak yah ? ini aku yang paling kecil, Ayah dan Ibu gandengan tangan, sama kak Nila”senyum Putri mengharapkan pujian dari ayahnya. Namun Ramli tidak ada komentar. Dia hanya diam memandang buatan anaknya tersebut. Lalu, Putri menuju kamar kakaknya“kakak, liat nih bagus gak ?” “iya bagus”Nila menatap lama karya putri.“Kakak gak pernah ketemu Ibu ya ? kakak kan lahir duluan masa gak ketemu Ibu hihihi”tanya Putri.“Kakak gak inget, itu masih kecil. Tanya aja sama Ayah”. Putri kembali lagi ke ruang tamu menanyakan pertanyaan yang sama kepada ayahnya“yah, Ibu kapan kesini ? janjinya kan kalau aku udah besar. Aku udah besar tapi Ibu belum kesini juga. Ayah bohong”rengek Putri.“Iya sabar aja”jawab Ramli singkat.“Kasih tau dong yah, atau kita aja yang ke tempat Ibu”Putri menarik-narik tangan Ramli.“Kamu bisa diam gak!”Ramli membentak dan melepaskan tangan Putri. Bocah tak berdaya ini terdorong dan kepalanya terbentur meja. Ramli cuma diam tidak mengacuhkan putri kecilnya. Putri kembali ke kamar membawa karya tempelannya, meletakkan di atas meja. Dia memegang kepalanya sambil meringis kesakitan. Putri berbaring di kasur dan tertidur. Putri bermimpi pergi ke sekolah diantar oleh ibunya, mencium tangan ibunya. Putri bergumam menyebut“Ibu...”dengan mata tertutup. Ramli meneguk sebotol bir sambil merokok di meja makan. Lalu ia berjalan ke depan pintu kamar Nila dan mengetuknya“Nila…. Nila….. Nila jangan pura-pura sudah tidur kamu!”Ramli berteriak dan menggedor pintu kamar Nila. Nila membuka pintu dan Ramli masuk ke kamar Nila sambil memegangi pipi anaknya. Nila diam tanpa ekspresi.
Seperti biasanya Nila menyiapkan sarapan pagi untuk ayah dan adiknya. Putri berjalan lesu ke meja makan dan terdapat bengkak di keningnya bekas terbentur tadi malam.“Yah, Ibu bisa masak gak ? tadi malam aku mimpiin Ibu. Masakannya kaya bikinan kakak. Padahal kakak kan gak bisa masak, Masa ibu masaknya juga kayak kakak sih hihi”Putri memandangi kakaknya dengan tatapan polos.Nila hanya diam tidak mengacuhkan perkataan adiknya.“Nila, kamu aja ya nganterin adikmu ke sekolah. Ayah gak enak badan”ucap Ramli.“Ayah sakit apa ?”tanya Putri penasaran.“Demam biasa”. “Nanti aku tanya ke bu guru ya obat buat demam apa. Biar Ayah cepet sembuh, bisa anter Putri sekolah lagi”sambil melahap masakan kakaknya.“Kamu kalau mengoceh terus nanti gak Ayah kasih jajan. Mengerti !”Ramli memegang rahang Putri sehingga anak tersebut menangis.“Aku mau Ibu disini, biar bisa rawat Ayah. Cepet sembuh Ayah”ucapnya lirih.
Sekitar 100 meter sebelum mencapai sekolah, Nila tidak mengantarkan adiknya sampai masuk ke gerbang.“Kamu sendirian ya kesana, kakak mau cepet ke kampus udah telat”ucap Nila sembari berjalan meninggalkan adiknya.
P.s: Musik instrumental pengiring cerita
Di sekolah guru meminta setiap murid menceritakan tentang keluarga. “Aku punya Ayah dan kakak yang hebat. Mereka baik banget sama aku. Mereka juga suka dengan origami yang aku buat. Setiap hari Ayah mengantarkan aku ke sekolah, jemput aku, kasih aku jajan. Kak Nila juga suka bikinin aku susu setiap pagi. Kalau Ibu aku sekarang ada di luar kota, mencari uang yang banyak buat aku nanti sudah besar. Cita-cita aku ingin jadi suster ! biar bisa sembuhin Ayah aku kalau lagi sakit”tutup Putri dengan ekspresi semangat.
Setiap malam Ramli duduk santai di meja makan. Tiba-tiba Putri datang menghampiri ayahnya.“Yah yah, bu guru bilang besok hari ibu. Semuanya disuruh nyanyi buat Ibunya. Ibu suruh kesini cepat dong yah”pinta Putri.“Besok kamu gak usah masuk. Ibu gak bisa datang”Ramli menjawab dengan datar.“Yaaah kok gitu sih yah. Aku kan mau nyanyi buat Ibu”Putri merengek dan memegangi tangan ayahnya. Raut wajah Ramli seketika berubah,“Ayah bilang Ibu gak bisa dateng besok !”“Tapi yah aku kan pengen banget Ibu dateng. Masa dari dulu Ibu gak mau kesini sih, Ayah udah jahat ya ke Ibu ?”Putri menangis dan mengeluarkan isi hati yang selama ini diacuhkan oleh ayahnya.“Dasar anak sialan !”tamparan tangan kanan Ramli tepat mengenai pipi mungil putrinya. Suara tamparan terdengar ke kuping Nila, namun sang kakak tetap berada di dalam kamar. Putri lari menuju kamarnya, memegangi pipinya, dan menutupi seluruh badannya dengan selimut. Lalu ia tertidur setelah beberapa saat memejamkan mata. Ramli tetap berada di meja makan sambil merokok dan meminum birnya.“Nila ! ngapain kamu di kamar ? sini temani ayah”mematikan puntung rokok terakhirnya dengan melirik ke arah kamar anak pertamanya. Tidak lama setelah itu Nila keluar dari kamar sambil menangis. Dia duduk di meja makan di depan ayahnya.“Kenapa kamu nangis ?”Tanya Ramli penasaran. Nila terdiam tidak menjawab pertanyaan ayahnya.“Jawab !”bentak Ramli. Putri terbangun mendengar teriakan ayahnya dan ingin keluar dari kamar. Ia membuka pintu kamar sedikit demi sedikit karena masih diliputi rasa takut setelah ditampar, terlihat Ramli sedang membentak-bentak Nila. Baru kali itu Putri melihat kakaknya disiksa ayahnya. Pemandangan yang tidak biasa disaksikan olehnya, perdebatan antara ayah dan kakaknya. Putri terdiam tidak berani keluar kamar karena melihat Ramli menampar Nila melakukan hal yang sama seperti ia alami sebelumnya. Putri beranjak ke tempat tidur dan kembali menangis. Setelah 1 jam berbaring menatap langit-langit kamar, Putri bangkit mengambil tas ransel sekolah dan ia mengeluarkan karya tempelan kertas yang selalu ia pamerkan terhadap Ramli dan Nila. Putri mencabut salah satu tempelan berbentuk orang yang sedang bergandengan tangan.
Esok harinya Nila menemani adiknya untuk acara peringatan hari ibu yang diadakan sekolahnya. Dia berdiri di depan pintu kelas sendirian dengan tatapan menerawang ke setiap anak-anak di dalam kelas, sedangkan ibu-ibu para murid berdiri bercengkarama di sudut belakang ruangan kelas. Akhirnya guru memanggil nama Putri untuk maju ke depan kelas dan menyanyikan persembahan untuk hari ibu.“Aku mau nyanyiin lagu judulnya Kasih Ibu. Lagu ini untuk Ibu aku, soalnya Ibu aku udah bisa nemenin aku di sekolah sekarang”Putri menatap Nila yang sedang berdiri di depan pintu, ia tersenyum sumringah. Nila terkejut dan tiba-tiba ia mengeluarkan air mata. Putri mulai menyanyikannya dan tetap menatap ke arah Nila, seakan sudah lupa dengan kejadian tadi malam. Sebuah kejadian perdebatan dan mengetahui fakta bahwa ibunya selama ini tidak berada di luar kota. Ramli dan istrinya berpisah oleh persoalan yang ternyata Ramli telah menodai Nila saat dia masih duduk di bangku SMA. Akhirnya, Nila mengandung seorang anak yang diberi nama Putri pada hari kelahirannya.
Known as unpredictable person with variety of unthinktable creative ideas.
An anarmophic minded person in photography & cinematography.
Has designed many of the concepts & story, even had represented Indonesia in international event.
0 comments:
Post a Comment